Selasa, 15 Januari 2013

Jangan Konsumsi Minuman Bersoda saat Nyeri Lutut

Satu lagi manfaat tak sehat akibat sering mengonsumsi minuman bersoda. Selain meningkatkan risiko obesitas, gemar mengonsumsi minuman bersoda juga bisa memperburuk nyeri lutut, terutama pada pria.


Banyak orang beranggapan jika nyeri lutut disebabkan oleh rematik atau meningkatkan asam urat. Padahal nyeri lutut juga bisa disebabkan oleh osteoartritis. Osteoatritris dapat terjadi akibat rusaknya tulang rawan pada persendian di daerah lutut.

Tim peneliti dari Brigham and Women’s Hospital, Tufts Medical Center, dan Brown University meneliti 2.149 pasien osteoatritis dan meminta mereka mengisi kuesioner untuk mengetahui seberapa sering mereka mengonsumsi minuman bersoda.

Para pasien diperiksa secara simultan selama 4 tahun dengan menganalisa perkembangan osteoatritis yang terjadi setiap tahun. Para peneliti juga mengukur Indeks Massa tubuh dan perkembangan penyakit ini baik pada pasien pria atau wanita.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa pria yang mengonsumsi lebih banyak soda dalam satu minggu mengalami kondisi osteoatritis yang kian memburuk.

Dr. Bing Lu selaku peneliti utama dari penelitian ini menyatakan bahwa, semakin banyak konsumsi soda, semakin buruk pula perkembangan osteoatritis pasien, seperti dilansir medindia.

Belum dipastikan apakah kandungan kalori yang tinggi pada minuman bersoda yang dapat memicu obesitas dan peningkatan berat badan yang membebani lutut, atau bahan kimia lain yang turut mempengaruhinya. Namun, bisa dipastikan bahwa mengonsumsi minuman bersoda terlalu banyak dapat memperparah kondisi osteotatritis.

Studi ini sekaligus menjadi peringatan bagi Anda yang mengalami nyeri lutut agar tidak terlalu sering mengonsumsi minuman bersoda agar terbebas dari risiko osteoatritis yang lebih parah. (dan)

INFO LEBIH LENGKAP SILAHKAN KLIK DISINI

Jumat, 11 Januari 2013

Apa yang Menyebabkan Jumlah Sperma Menurun?

Menurut hasil temuan para peneliti di Denmark, lemak jenuh dapat dikaitkan dengan menurunnya jumlah sperma pada pria.
Studi baru ini menemukan bahwa pria muda yang mengonsumsi lemak jenuh akan memiliki konsentrasi sperma yang rendah, demikian laporan New York Daily News. Lemak jenuh, seperti yang ditemukan dalam keju dan daging, ternyata tak hanya menambah bobot pria, tetapi juga terkait dengan jumlah sperma.

Menurut hasil penelitian ini, pria yang makan lemak jenuh memiliki konsentrasi sperma 38 persen lebih rendah dan jumlah sperma 41 persen lebih rendah, ketimbang para pria yang sedikit makan lemak.

Menurut Tina Jensen, penulis utama studi dari Rigshospitalet di Kopenhagen, tidak dapat dikatakan bahwa lemak memiliki efek kausal, tetapi penelitian lainnya telah menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh telah menunjukkan koneksi ke masalah lain, termasuk jumlah sperma.

Untuk studi mereka, Jensen dan rekan-rekannya mensurvei dan memeriksa sebanyak 701 pria Denmark muda (sekitar 20 tahun) dan melakukan pemeriksaan untuk militer antara 2008 dan 2010.

Mereka juga ditanyai tentang makanan yang mereka makan selama tiga bulan sebelumnya, dan kemudian meminta sampel air mani. Para peneliti kemudian membagi hasil menjadi empat kelompok tergantung pada seberapa banyak asupan energi pria yang berasal dari lemak jenuh, dan dibandingkan berapa banyak sperma pria dalam setiap kelompok.

Para pria yang mengonsumsi 11,2 persen energi dari lemak jenuh memiliki konsentrasi sperma rata-rata 50 juta per mililiter air mani dan jumlah sperma total sekitar 163 juta. Itu dibandingkan dengan 45 juta sperma per mililiter air mani dan jumlah 128 juta pada pria yang mengonsumsi lebih dari 15 persen energi dari lemak jenuh.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 15 juta sperma per mililiter air mani sebagai jumlah yang normal.

Meski studi ini tidak dapat menentukan apakah faktor-faktor gaya hidup lainnya yang mungkin menjelaskan keterkaitan, Jensen mengatakan temuannya ini sebagian bisa menjelaskan studi yang telah menemukan bahwa jumlah sperma kian menurun di seluruh dunia.

Studi ini telah dipublikasikan dalam The American Journal of Clinical Nutrition

SUMBER : SILAHKAN KLIK

PROFIL RSUD SYAMSUDIN,SH

RSUD. R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi
Jl. Rumah Sakit No. 1 Sukabumi 43113 Jawa Barat
Telp. 0266 225180 225181 Fax. 0266 212988
Email : rsu_syamsudin@sukabumi.wasantara.net.id , rsu_syamsudin@pdpersi.co.id

Direktur RS   : -
Diresmikan    : 8 Desember 1952
Kepemilikan  : Pemda Sukabumi
PELAYANAN MEDIS :
              Medical Check Up
              Dokter Umum
              Dokter Gigi
              Dokter Spesialis/Sub-Spesialis:
              Anak
              Bedah
              Kebidanan & Kandungan
              Penyakit Dalam
Syaraf
THT
Mata
Paru
Kulit & Kelamin
Jantung
Bedah tulang
Rehabilitasi Medik
Paru PELAYANAN PENUNJANG
Laboratorium Patologi Klinik
Laboratorium Patologi Anatomi
X-Ray
USG
ECG
Laparoskopi
Konsultasi Gizi
Farmasi
Fisioterapi

FASILITAS :
UGD 24 Jam
Rawat Jalan
Rawat Inap
Kamar Bedah



Selasa, 08 Januari 2013

PROFIL RS ASSYFA KOTA SUKABUMI

Rumah Sakit Assyfa merupakan salah satu Pusat Layanan Kesehatan di kota Sukabumi yang menyediakan fasilitas dengan peralatan lengkap dan professional, Rumah Sakit Assyfa siap melayani para pasien dengan handal dan maksimal.

Untuk yang sangat peduli dengan kesehatan, Rumah Sakit Assyfa bisa menjadi salah satu pilihan bagi warga kota Sukabumi untuk menjaga stamina tetap sehat dan tampil prima.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Rumah Sakit Assyfa di kota Sukabumi, silahkan kontak pada alamat berikut:

Rumah Sakit Assyfa – Sukabumi
Jl Jend Sudirman, Warudoyong
SUKABUMI
Telp : 0266-223102

Fasilitas Kesehatan Kota Sukabumi

Fasilitas kesehatan di Kota Sukabumi terdiri dari beberapa rumah sakit swasta dan umum serta puskesmas yang tersebar di area kota, seperti Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, atau Bunut di Jalan Rumah Sakit, Rumah Sakit Islam Assyifa di Jalan Jend. Sudirman, Rumah Sakit Ibu dan Anak Ridogalih di Jalan Gudang, dan juga kompleks Balai Pengobatan Sukabumi di Jalan Bhayangkara dan Jalan Kenari. Selain rumah sakit dan puskesmas, terdapat juga laboratorium laboratorium klinik yang melayani pemeriksaan kesehatan, seperti Laboratorium Klinik Vita Medika di Jalan Suryakencana, dan Laboratorium Bina .


INFO KESEHATAN

Angin Duduk Jangan Dipijat
Semua orang pasti pernah mendengar istilah masuk angin. Tapi apa sebenarnya yang dimaksud? Sementara tiap orang punya persepsi sendiri, kalangan medis, dokter dan perawat, pun tidak dapat menjelaskannya.


Kalangan sekolahan jarang menggunakan istilah masuk angin. Mungkin karena logikanya tidak bisa menerima fenomena angin "masuk" ke tubuh. Mereka biasanya menggunakan istilah lain, yaitu tidak enak badan. Padahal kalangan bawah menggunakan istilah yang sama untuk menggambarkan berbagai fenomena yang tergolong tidak enak badan, seperti perut kembung, pegal linu, batuk pilek, pusing, sakit kepala, demam, meriang dan lain sebagainya. Akibatnya, segala ketidakjelasan itu menjadi peluang empuk produsen obat atau jamu anti masuk angin.

Yang tidak menyukai pahitnya jamu akan memilih kerokan atau pijat. Dengan kedua cara itu banyak orang yang masuk angin merasa lebih baik. Itu wajar saja. Dengan dipijat, otot menjadi lemas dan pembuluh darah halus di dalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi tersedia untuk jaringan otot. Toksin yang menyebabkan pegal pun dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan.

Dengan kerokan, pembuluh halus (kapiler) di permukaan kulit bahkan pecah dan terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Para pemijat selalu mengatakan bahwa tanda merah itu merupakan bukti bahwa Anda masuk angin. Padahal, orang sehat pun bila dikerok akan meninggalkan jejak merah yang sama. Hanya saja tidak pernah ada orang sehat yang dikerok, bukan ?

Yang perlu diwaspadai adalah rasa masuk angin yang disertai berbutir-butir besar. Atau, rasa masuk angin yang disertai nyeri, rasa tertekan, atau rasa berat di dada - biasa disebut dengan angin duduk. Ini mungkin merupakan gejala awal serangan jantung berat. Di kalangan medis fenomena ini acap disebut flu-like syndrome.

Yang diperlukan oleh orang yang mengalami kejadian demikian adalah pemberian oksigen dan obat khusus, bukan dipijat atau dikerok. jadi, si pasien harus segera dibawa ke rumah sakit, paling baik dalam keadaan berbaring. Kejadian orang yang meninggal ketika dipijat, menunjukkan betapa penanganan yang salah dapat berakibat fatal.

Pada umumnya, segala gejala masuk angin merupakan gejala flu (selesma, common cold), yang terjadi karena infeksi berbagai jenis virus. Ada virus menghasilkan toksin (zat racun) yang menyebabkan berbagai gangguan fungsi sistem pencernaan, saluran napas, sistem otot rangka, dan peredaran darah. Ada pula virus yang kehadirannya membuat tubuh kita memberikan reaksi radang, diantaranya berupa demam dan nyeri, juga warna kemerahan di mukosa yang menggambarkan melebarnya pembuluh kapiler di bawahnya. Di saluran napas, reaksi ini dapat berupa pilek dan hidung tumpat.

Toksin yang dihasilkan virus dapat mengganggu saluran cerna sehingga menimbulkan gejala mulai dari mual, muntah, diare, mulas. Atau, bisa pula mengganggu fungsi usus sehingga pencernaan tidak sempurna dan dihasilkan banyak gas. Gejala demikian belakangan sering disebut sebagai flu perut. Toksin virus lain mungkin menimbulkan nyeri otot dan tulang, maka beredarlah lagi istilah baru, flu tulang.

Tidak ada obat yang dapat membunuh virus ini. Antibiotik pun tidak. Untungnya virus tidak pernah bertahan hidup lama, karenanya serangan flu biasanya berakhir setelah 5-7 hari. Yang dibutuhkan penderita adalah istirahat dan minum yang cukup serta gizi yang baik untuk menghadapi demam tinggi yang menguras banyak energi dan cairan tubuh.

Gejala masuk angin juga dapat merupakan gejala awal infeksi virus yang lebih serius, seperti virus hepatitis atau virus demam berdarah. Demam berdarah biasanya akut (mendadak) disertai lesu hebat dan gejala lainnya. Sementara, hepatitis mungkin akan hilang sendiri atau berlanjut menjadi lebih nyata bergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Untuk kedua penyakit ini kita tentu memerlukan bantuan dokter. (dr. Zunilda S. Bustami, dokter keluarga)